Jadi, kesempatan gue jalan-jalan di toko buku Gramedia hari Jumat kemarin berhasil membuat gue untuk beli buku bahasa Indonesia setelah sekian lama. Judulnya Antologi Rasa dari Ika Natassa. Ada beberapa alasan kenapa gue beli buku ini. Yang pertama pasti cover dan judulnya. Dalam sembilan belas tahun hidup gue sebagai orang Indonesia, gue baru tau apa artinya antologi; kumpulan atau koleksi, kata google. Covernya dong, gambar jantung yang bertuliskan emotions yang dirasain sama semua manusia normal, dapet banget. Yang kedua, template buku ini bagus. Dari font-nya sampe penulisan sinopsis. Disini yang paling krusial dalam menentukan beli bukunya apa nggak (selain harga juga sih), sinopsis. Gue personally suka buku yang berceritakan sesuatu yang bisa gue relate dengan kehidupan gue. Jadi, tentang tiga sahabat, satu cewek dan dua cowok, yang kesangkut sama ribetnya perasaan. Monyet emang. Tapi bagus. Pas deh semuanya. Diantara buku-buku lain yang ada, ini yang paling menarik hati.
Nggak tau abis jalan-jalan dari planet mana, tapi dulu gue selalu berfikir novel Indonesia itu hanya tok berbahasa Indonesia. Tapi di buku Antologi rasa, ada campuran bahasa Inggrisnya. Dan somehow, itu impress gue sebagai seseorang yang lebih familiar dengan bahasa Inggris. Mungkin bahasa Inggris udah nge-brain wash otak gue secara berlebihan dan mengapus kepercayaan gue pada bahasa Indonesia. Maaf, bukannya mau sok Inggris atau gimana, tapi beneran. Default setting otak rasanya udah gitu adanya.
Balik lagi ke Antologi Rasa, buat penggemar fiksi sih bisa gue jamin bakal suka sama novel ini. Ika bisa banget ngebawa ceritanya dengan bahasa semi-formal dan tetap menarik buat dibaca. Ceritanya manusiawi sekali gitu, tanpa harus nutup-nutupin sesuatu yang biasanya nggak wajar diantara konservatif, close-minded dan tradisionalnya pemikiran kultur Indonesia. Ditambah lagi dengan konsep susahnya man and woman being just friends. Ada aja pasti campur tangan ketertarikan satu sama lain yang jatuhnya, sebenernya biologis -- dari tuhan itu asalnya. Gak bisa di pungkiri juga. Belum lagi, resemblance antara gue dan isi buku ini, seperti kutipan favorit gue dari David Foster Wallace yang This is Water. Pernah gue post kok beberapa bulan lalu artikelnya di blog ini. This definitely one of my favorite book in Indonesian.
Dengan latar belakang obsesi sebagai penulis, gue bangga dan seneng bisa baca novel ini. Bangga sekali kalau dunia literatur (dan musik) Indonesia masih hidup dengan potensi-potensi yang nggak kalah sama penulis atau musisi non-domestik. Seselesainya baca buku ini dalam semalam saja, gue langsung berinisiatif untuk merekomendasikan buku ini ke yang lainnya. Jadi, kalo lagi butuh bacaan buku bahasa Indonesia yang fiksi, beli ya. Pinjem sama yang udah punya juga boleh, nanti juga pasti pengen beli sendiri ujung-ujungnya.
Happy reading, love.
No comments :
Post a Comment