Aku takut, bisikku padamu
ketika tanganmu dan tanganku terpaut satu di pinggir pantai itu.
Kamu menoleh gelisah dan bertanya kenapa.
Aku menjawab, karena semua ini hanya sementara dan aku ingin selamanya.
Ku rasakan genggamanmu semakin erat
di tengah deru angin musim panas dan langit yang hitam pekat.
Jangan khawatir,
tenangmu dengan suara halus yang tak bergetir.
Apa salahnya dengan sementara?
Bukan kah selamanya hanya kata,
yang tak lebih dari ilusi belaka?
Yang terpenting adalah kita nyata.
Lagipula, aku tidak keberatan dengan sementara.
Menurutku itu tidak mengapa,
karena aku bahagia,
bersamamu, tanpa harus memejamkan mata.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment